Senin, 26 Desember 2011

SEBUAH PENGERTIAN BANK SYARI’AH


BANK SYARI’AH
ASPEK PEMBIAYAAN ( ASPEK HIMPUNAN  DANA )

1. PENGERTIA SYARI’AH
Kata bank dari kata Banque dalam bahasa Prancis dan dari Banco dalam bahasa Italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, uang dan sebagainya. Bank itu memiliki dua macam yaitu sebagai berikut :
Bank Konvesional
Bank Islam
Yang mana Bank islam itu memakai hukum- hukum islam atau disebut dengan Bank Syari’ah.
Bank Syari’ah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa- jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip- prinsip syari’ah.
Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara Bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiata perbankan lainnnya.
Dalam menentukan harga atau mencari kauntungan bagi Bank yang berdasarkan prinsip Syari’ah adalah sebagai berikut:
Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil ( Mudharabah)
Pembiayaan berdasarkan p[rinsip penyertaan modal ( Musyarakah)
Prinsipjual beli barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah)
Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tapa pilihan (Ijarah)
Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewakan oleh pihak Bank oleh pihak lain (Ijarah wa igtina)

2. SEJARAH SINGKAT BANK SYARI’AH
Bank syari’ah berdiri pada awal tahun 1990-an, namun diskusi tentang Bank Syari’ah sebagai basis ekonomi islam yang sudah mulai dilakukan pada awal tahunn 1980 dan prakarsa untuk mendirikan Bank Syari’ah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama
Indonesia. Menurut sejarah, awal mula kegiatan Bank Syari’ah yang pertama kali dilakukan adalah di Pakistan dan Malaysia pada tahun 1940an.
3. TUJUAN, CIRI-CIRI DAN KEISTIMEWAAN BANK SYARI’AH ( BANK ISLAM)
A. Tujuan
Setelah di dalam perjalanan sejarah bank- bank yang telah ada ( bank konvesional) dirasakan mengalami kegagalan menjalankan fungsi utamanya menjembatani antara pemilik modal atau kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan daa, maka dibentuklah bank – bank Islam denngan tujuan – tujuan sebagai berikut :
- Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermu’amalah secara islam, khususya mu’amalah yang berhubungan dengan pernbankan.
- Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi.
- Utuk membantu menanggulanngin (mengenntaskan) masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama dari Negara –negara yang sedang berkembang.
- Untuk menjaga kestabilan ekonomi/ moneter pemerntah.
- Untuk menyelamatkan ketergantungan ummat Islam terhadap Bank non – Islam ( konvesional) yang menyebabkan ummat Islam berada dibawah  kekuasaan bank.
B. Ciri- ciri Bank Islam ( Bank Syari’ah )
Bak Islam sebagai bank yang beroperasi berdasarkan prinsip- prinsip  syari;ah menurut Al –Quran dan Al- Hadist, memilki cirri – cirri yag berada dengan bank – bank yang ada ( bank konvesional). Cirri- ciri itu adalah sebagai berikut :
- Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal yang besarnya tidak kaku (tidak rigit) dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar – menawar dalam batas wajar.
- Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selal;u dihindarkan, karena persentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir.
- Didalam kontrak– kontrak pembiayaan proyek, bank Islam tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti (fixed return) yang diterapkan di muka, Karenna pada hakekatnnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanya lah Allah semata, manusia sama sekali tidak mampu meramalnya.
- Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito/ tabungan, oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek – proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syari’ah Islam sehingga kepada penyimpanan tidak dijanjika imbalan yang pasti (fixed return).
- Bank Islam tidak menerapkan jual-beli atau sewa- menyewa uag dari mata uang yag sama.
- Adanya pos pendapatan berupa “Rekening pendapatan Non Halal” sebagai hasil dari transaksi dengan bank konvensional yang tentunya menerapkan sistem bunga.
- Ciri lain bank Islam adalah Dewan Pengawas Syari’ah yang bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut Syari’ahnya.
- Produk –produk Bank Islam selalu menggunakan sebutan – sebutan yang berasal dari istilah Arab, misalnya al-murabahah,al-mudharabah,al-ba’iu bithaman ajil,al-ijarah,al ba’iu tahjiri,al-qardhul Hasa dan sebagainya.
- Adanya produk khusus yang tidak terdapat di dalam bank konvensional, yaitu kredit tanpa beban yang murni bersifat sosial, dimana nasabah tidak ada untuk mengembalikannya.
- Fungsi kelembagaan Bank Islam selain menjembatani antara pihak pemilik  dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempuyai fungsi khusus yaitu Fugsi Amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dan yang disimpan dan siap sewaktu – waktu apabila dan tersebut ditarik kembali sesuai dengan perjajian.
C. Keistimewaan Bank Islam ( Bannk Syri’ah )
Keistimewaa – keistimewaan Bank Islam tersebutv adalah sebagai berikut :
- Adannya kesamaan ikatan emosional yang kuat antara pemeganng saham.
- Diterapkannya sistem bagi hasil sebagai pengganti bunga akan menimbulkan akibat – akibat yag positif.
- Di dalam Bank Islam, tersedia fasilitas kredit kebaikan (al-Qardhul Hasan ) yang diberikan secara Cuma –Cuma.
- Keistimewaan yang paling menonjol dari Bannk Islam adalah yang melekat pada konsep (build in concept ) dengan berorientasi pada kebersamaan.
- Keistimewaan lain Bank Islam adalah dengan penerapan sistem bagi hasil berarti tidak membebani biaya di luar kemampuan nasabah dan akan terjamin adanya “ keterbukaan “.
- Adanya keyataan bahwa dalam kehidupa ekonomi masyarakat modern cenderung menimbulkan pengeskploitasiann kelompok kuat (kuat ekonomi plus politik ) terhadap kelompok lemah.
4. KELEMAHAN DAN PERMASALAHA BANK (SYARI’AH ) DI DALAM OPERASIONALNYA
Kelemahan dan  permasalahan yang ada dalam operasionalisasi Bank Islam adalah sebagai berikut :
a. Oleh karena pihak – pihak yang terlibat di dalam operasionalisasi Bank Islam itu didasarkan pada ikatan emosial keagamaan yang sama.
b. Sistem bagi hasil yang adil.
c. Motivasi masyarakat muslim untuk terlibat di dalam aktivitas Bank Islam adalah emosi keagamaan .
d. Semakin berbonnndong – bondongnya ummat Islam memanfaatkann fasilitas Bank Islam.
e.   Salah  satu misi penting Bank Islam adalah mengentas kemiskinan di mana sebagian besar kantong – kantong kemiskinan berada di daerah – daerah pedesaan.
f.    Dari pengalaman praktek bank – bank Islam di luar negeri menunjuka bahwa meskipun Bank Islam berorientasi pada masyarakat bawah.
g.   Apabila Bank Islam telah memilih komitmennya kepada kelompok lemah atau dhu’afa maka Bank Islam jangan sampai terjebak degan kecenderungan.

5. PENGAWASAN PADA BANK ISLAM ( BANK SYARI’AH )
Didalam menjalankan fungsi kelembagaan agar operasional Bank Islam tidak menyimpang dari tuntutan Syari’ah Islam, maka diadakan    “ Dewan Pengawasan Syari’ah “ yang tidak terdapat di dalam bank – bank konvesional.
Dewan pengawasan syari’ah adalah suatu dewan yang dibentuk untuk mengawasi jalannya Bank Islam agar di dalam operasionalnya tidak menyimpang dari prinsip – prinsip mu’amalah manurut islam.
Dewan pegawasan syari’ah bertugas untuk mediskusikan masalah – masalah dan transaksi bisnis yang diajukan kepada Dewan sehinggadapat di tentukan tentang sesuai atu tidaknya masalah – masalah tersebut dengan ketetuan – ketentuan syari’ah islam.
Wewenang dari Dewan Pengawasan Syari’ah Islam adalah sebagai berikut :
Memberikan pedoman secara garis besar tentang aspek syari’ah dari operasional Bank Islam, baik penyerahan daa, peyaluran dana maupun kegiatan – kegiatan bank lainnya.
Mengadakan perbaikan terhadap suatu produk Bank Islam yang telah atau sedang berjalan. Namun, dinilai pelaksanaanya bertentangan dengan syari’ah Islam.
Keberhasilan pelaksanaan tugas dan wewenang Dewan ini sangat tergantung kepada independensinya di dalam membuat suatu putusan atau penilaian yag dibutuhkan. Independensi dewan ini diharapkan dapat di jamin karena sebagai berikut :
Mereka bukan staf Bank,sehigga tidak tunduk di bawah kekuasaan administrative.
Mereka dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham demikian juga penentuan tentang honorariumnya.
Dewan pengawas mempunyai sistem kerja dan tugas –tugas khusus seperti halnya Badan Pengawas lainnya.
Untuk menyatukan pendapat antara Dewan Pengawas Syari’ah yang mungkin berbeda satu dengan yang lainnya, untuk tingkat Internasional telah dibentu “Iternational Association of Islamic’s Bank’s yang berkedudukan di Cairo. Sedangkan tingkat Nasional dibentuklah suatu “Konsorsium Dewan Pengawas Syari’ah Nasional” dibawah naungan Majelis Ulama Indonesia bekerja sama dengan Bank Indonesia.
Oleh karena itu Dewan Pengawas Syari’ah secara administratif bukan berada dibawah kekuasaan Bank, maka dibentuk suatu penghubung atau perantara Dewan Pengawas Syari’ah dengan Dewan Direksi Bank. Dan perantara ini disebut Leason Syari’ah.
Tugas – tugas dari Leason Syari’ah adalah sebagai berikut :
Menyusun dan melaksanakan program jangka panjang dan jangkka pendek sekertariat Dewan Pengawasan Syari’ah.
Memberikan informasi tentang operasional Bank Islam dan konsep – kosep syari’ahnya kepada pihak luar dengan persetujuan Dewan Direksi dan Dewan Pengawas Syari’ah.
Mengawasi jalannya aktivitasBank Islam dan mengajukan ke Dewan Pengawas   Syari’ah  apabila Bank Islam terbukti melakukan pelanggaran
Menyusun dan melaksanakan paket atau modul – modul tertentu untuk meningkatkan itelektualitas dan komitmen keislaman segenapo jajaran dan segmen Bank Islam.
Memberi kejelasan Syari’ah kepada segenap jajaran iternala Bank.
Agar mampu melaksanakan tugas – tugasnya dengan baik seorag Leason Syari’ah haruslah maguasai fiqh mu’amalah secara mendalam, selain itu juga mengusai bidang operasionalisasi bank konvensioal.


Minggu, 18 Desember 2011

الحمد لله الذي أرسل رسوله رحمة للعالمين أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله النبي الكريم. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين. أما بعد فيا أيها الحاضرون اتقوا الله فقد فار المتقون. قال الله سبحانه وتعالى في كتابه الكريم : "أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم (ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب، ومن يتق الله يجعل له من أمره يسرا) صدق الله العظيم"

 Hadirin. . . . . .! Sinten kemawon ingkang ingin terlepas dari kesulitan,mendapatkan rezeki tanpa itungan dan dimudahkan dalam urusannya,mangga kita senantiasa bertaqwa dumateng Gusti Alloh,karena memang begitulah janji Alloh terhadap orang2 yang bertaqwa. Hadirin . . . . . ! Pada saat2 tertentu , kita didalam gesang punika ,kadang2 menjumpai kesulitan ingkang saget menyesakkan didada,ngantos hampir2 diri ini menjadi stress,keranten mboten saget mengetahui jalan keluar atau way outnya. Kondisi situasi ingkang kados mekaten punika,begitu terasa sangat mencekam, sampai2 diri ini hampir saja berputus asa. Ananging pada detik2 terakhir, tanpa diduga sebelumnya, muncullah sebuah tragedi bagaikan dewa furtuna, ingkang menolong dumateng kita, saget keluar dari dilema ingkang mencekamkan itu. Hal punika adalah, merupakan pertolongan Ilahi, ingkang biasaipun dipun anugrahkan dumateng kawulanipun ingkang bertaqwa, ingkang senantiasa mendekatkan diri dan bertaqorrup kepada penguasa Tunggal Allah Swt, ingkang menjalankan perintah2 ipun, dan menjauhi larangan2 ipun. Hadirin ....! Ma’unah jalan keluar ingkang kados mekaten punika, bukan anamung mengenai masalah2 kesulitan pribadi, ananging ugi menyangkut masalah2 kesulitan perjuangan, ingkang wonten hubunganipun klayan kepentingan2 agami, ummat, bangsa dan negara secara keseluruhan. Hadirin ....! Dalam kontek masalah punika, wonten sebuah hadist ingkang dipun riwayataken deneng Imam Bukhori dan Muslim,dilukiskannya dengan suatu contoh ingkang mengesankan, tentang kebenaran jaminan dan janji Allah itu, kagem priyantun2 sholeh dan bertaqwa. Syahdan diceritakan, konon wonten tiga pemuda, ingkang sedang melakukan perjalanan. Takkala piyambake telah tiba berada dilereng suatu gunung, matahari sudah mulai terbenam. Kelresan rekala wedal semanten hujan turun dengan begitu sangat derasnya. Halilintar bergerlegar sambung menyambung, angin taufanpun mengamuk menumbangkan pepohonan ingkang dipun terjangnya. Untunglah mereka bertiga melihat gua ingkang berada dikaki gunung itu, kemudian masuklah mereka untuk berlindung, dengan perasaan lega dan gembira. Tidak seberapa lama kemudian, tiba2longseorlah lereng gunung itu, dan ada sebuah batu besar yang jatuh dari atas gunung itu, ingkang persis berhenti menutupi pintu gua tersebut. Mereka bertiga mencoba bersama sama menggeser batu itu, ananging batu kasebat tidak bergerak walau sedikitpun. Perasaan lega dan gembira, ingkang kala waune meliputi jiwa mereka, pada saat itu juga, bertukar menjadi cemas dan kecut. Dalam pikiranipun telah tergambar, bahwa piyambake bade mati kelaparan, didalam gua itu, dan bangkai mereka akan membusuk didalamnya. Pada situai kritis dan yang sangat mencemaskan itu, mereka tetap yakin bahwa satu2nya ingkang saget menolong piyambake dari kesulitan, tiada lain ialah kasih sayang dan ma’unah dari Allah Swt. Sebagai pemuda ingkang beriman, silih berganti piyambake memohon dan meminta kepada Allah Tuhannya, agar di beri jalan keluarnya. Masing2 dari mereka, mengenang dan ingat ingat perbuatan taqwa dan amal soleh ingkang pernah mereka lakukan, dengan harapan mugia Gusti maha penolong, kersa turun tangan memberikan pertolongannya agar piyambake segera saget terlepas dari kesulitan. Secara bergantian mereka berdoa. Pemuda ingkang mendapatkan gilirian pertama, berdo’a dan dalam redaksi dialaognya, piyambake menyebut nyebut amal solehnya sbb : Ya Allah ya Robbi ingkang maha kuasa, kawula kagungan ibu bapak ingkang sampun lanjut usia, saben dinten kawula keluar rumah kangge mencari nafkah, ibu bapak ingkang tinggal dirumah. Ibu bapaku-selalu menunggu kedatanganku, sambil duduk2 dibangku muka pintu, adate kula datang bawa makanan, dumateng panjenengane makanan itu kawula hidangkan. Pada suatu hari kawula pados kayu dihutan, kayu kula jual kangge beli makanan, sugguh saya sangat menyesal tibanya dirumah kemalaman, kudapati ibu bapak sudah tidur lelap sambil perut keroncongan. Tak sampai hati kawula membangunkannya, kutunggu panjenengane bangun sendiri dari tidurnya, walau terasa berat dan lelah diri ini melakukannya. Menjelang subuh panjenengane baru bangun dari tidurnya, aku hidangkan makanan yang kubelikannya, dengan lahabnya kami makan bersama-sama. اللهم إن كنت فعلت ذلك ابتغاء وجهك ففرج عنا ما نحن فيه من هذه الصخرة. Ya Allah, menawi perbuatan kawula (birrul waleden) mbagusi dateng tiyang sepuh kaleh, ingkang kula kerjaaken semata mata keranten ingin mendapatkan ridho panjenengan punika sae, maka tolonglah kami agar bisa keluar dari kesulitan ini. Setelah selesai memohon, mereka bertiga mencoba mengangkat kembali batu ingkang menutupi pintu gua itu. Seketika itu batu kasebat saget bergeser sekedik ananging dereng memungkinkan mereka bertiga, bisa keluar dari Gua yang pintunya tertutup dari batu besar tsb. Berikutnya, pemuda ingkang nomer kaleh, ingkang mendapatkan giliran untuk berdoa. Pemada kasebat, menyebut nyebut suatu perbuatan, ingkang mboten jadi dilakukannya, keranten kangge menghindarkan diri dari kutukan Illahi. Berdoa dan bermunajatlah sang pemuda, dengan khusyuk penuh tawadduk, memohon dengan sepenuh hati, sambil mengucapkan perkataan sbb: “Ya Allah ya Tuhan kami, saya jatuh hati terhadap seorang putri, dia adalah anak paman saya sendiri, parasnya sangat cantik sekali, dan sungguh saya mencintahinya setengah mati. Dia berkata kepada saya, berjanji mau dikencaninya, dengan harus membayar uang 120 dinar sebagai imbalannya. Pada suatu hari, saya mendatanginya, sambil membawa uang sesuai dengan permintaanya, dan uang itu langsung saya berikan kepadanya. Pada saat itu, entah setan mana yang menggoda saya, bagitu uang diterimanya, saya tidak bisa mengendalikan diri, dan langsung saja saya merangkulnya. Ketika saya rangkul, dia berkata mengingatkan saya : “takutlah kepada Allah, kalau anda ingin berkencan dengan saya, tempuhlah jalan ingkang telah diberikan olehNya, kemudian baru melakukan hal itu. Sungguh kawula sangat malu sekali mendapatkan teguran darinya. Dengan tersipu sipu menaggung malu, dia saya tinggalkannya, dan uang yang telah saya berikan itu, saya biarkan dan saya tidak minta dikembalikannya. Dengan adanya peringatan itu, kami berdua menjadi selamat, karena dapat menjaga kesucian. اللهم إن كنت فعلت ذلك ابتغاء وجهك ففرج عنا ما نحن فيه من هذه الصخرة. Ya Allah Menawi prilaku kawula, memelihara kesucian, menghindarkan diri dari berkencan, telah kulakukan keranten semata mata ajrih kaleh panjenengan punika sae bagi panjenengan, maka tolanglah kami, agar secepatnya kami bisa keluar dari sini. Selesai berdoa, mereka bertiga mencoba mengangkat kembali batu ingkang menutupi pintu gua itu. Rupa2nya batu yang diangkat itu mau bergeser tapi hanya sedikit, sehingga mereka bertiga masih saja belum bisa keluar. Selajengipun pemuda ketiga, ingkang mendapatkan giliran untuk tampil berdo’a. Berdoalah pemuda kasebat dengan penuh khidmatnya. Wahai Tuhanku yang maha Penyayang! Saya punya banyak karyawan dalam perusahaan ingkang kula pimpin. Sedaya karyawan2 itu, kula berikan upah yang layak, dan upah kala wau kami berikan sebelum keringat mereka telah menjadi kering. Wonten salah setuggale dari sekian banyak karyawan2 kula kala wau, kendel – tampa mengambil upah yang semestinipun menjadi haknya. Upah ingkang mboten dipundut kala wau, kula ambil, kula kembangkan, kula belikan ternak, kula pelihara sehingga beranak pinak menjadi banyak. Selang beberapa tahun kemudian, karyawan tsb, tiba tiba datang, ujug ujug meminta haknya, yakni upah ingkang dereng diambilnya. Saya tunjukkan kepadanya, sejumlah hewan ternak ingkang sampun beranak pinak, dia tidak mengerti, dianggap saya memperolok oloknya. Berkatalah ia : jangan diperolok-olokkan saya yang lemah ini. Sak sampunipun kula beri penjelasan secukupnya, bahwa modal permulaan pemeliharaan hewan ternak itu, adalah hasil keringat yang tidak diambilnya tempo dulu itu, barulah dia faham. Selanjutnya saya katakan padanya, bahwa semua binatang ternak itu adalah hak miliknya, untuk itu, ambillah semuanya, kemudian dia mau menerimnaya dengan penuh kegembiraan. اللهم إن كنت فعلت ذلك ابتغاء وجهك ففرج عنا ما نحن فيه من هذه الصخرة. Ya Allah ya maha Rohman, apa-bila perbuatanku yang sedimikian itu, telah aku lakukan karena semata mata ingin mendapatkan ridhomu, itu baik menurut penilainmu, maka berikanlah jalan keluar, agar kami bertiga bisa terhindar dari musibah yang menimpa ini. Setelah itu, mereka bertiga – mencoba lagi mengangkat dan menggeser batu itu, kemudian batu kasebat saget bergeser lebih banyak lagi, sehingga ketiga- tiganipun saget keluar dari dalam gua yang gelap itu. Bergembira dan bersujud syukurlah mereka, karena telah mendapatkan maunah pertolongan dzat yang maha kuasa, sehingga bisa terhindar dari malapetaka. Hadirin .......! Begitulah janji Allah terhapat orang2 yang bertaqwa dan Allah akan memberikan maunah pertolongannya apabilah mereka sedang mendapatkan kesulitan. Hadirin .......! Demikian khutbah ingkang saget kula ketengahkan, dengan harapan mugia wonten gina lan manfaat ipun, Amin...............................! بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته أنه هو السميع العليم وقل رب اغفر وارحم وأنت ارحم الراحمين Sidoarjo 24 Juni 2011-09-05 Penyusun H. Hasan Shoheh

Sabtu, 17 Desember 2011

Kelirunya Keyakinan Tuhan Di Mana-Mana

Kita mungkin pernah menyaksikan ketika seseorang ditanyakan di manakah Allah, maka akan keluar berbagai versi jawaban dari mulut yang berbeda. Sebagain orang kalau ditanya tentang hal ini, mereka jawab dengan tegas, “Allah di atas langit”. Itulah fitroh yang masih bersih. Namun sebagian lainnya menyatakan bahwa Allah itu di mana-mana. Ada juga yang mengakatakan, “Allah itu ada di setiap hati manusia”. Dan ada yang mengakatakan bahwa hal ini tidak perlu untuk dijawab. Inilah keyakinan yang berbeda-beda, padahal Al Qur’an kaum muslimin itu satu dan Nabi mereka pun satu.
Oleh karena itu, mari kita kembalikan perselihan ini pada berbagai dalil yang disebutkan dalam Al Qur’an Al Karim, hadits Nabawi, dan pemahaman para ulama kaum muslimin.
Dalil-dalil Yang Menunjukkan Keberadaan Allah
Di antara dalil yang menunjukkan keberadaan Allah adalah dalil-dalil berikut ini.
Pertama: Ayat tegas yang menyatakan Allah beristiwa’ (menetap tinggi[1]) di atas ‘Arsy. ‘Arsy adalah makhluk Allah yang paling tinggi dan paling besar. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “(Yaitu) Rabb Yang Maha Pemurah. Yang menetap tinggi di atas ‘Arsy .” (QS. Thaha: 5)
{الرّحْمَـَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىَ}( سورة طه 5)
Kedua: Dalil tegas yang menyatakan Allah fis sama’. Menurut Ahlus Sunnah, maksud fis sama’ di sini ada dua: (1) Fi di sini bermakna ‘ala, artinya di atas. Sehingga makna fis sama’ adalah di atas langit, dan (2) Sama’ di sini bermakna ketinggian (al ‘uluw).[2] Sehingga makna fis sama’ adalah di ketinggian. Dua makna ini tidaklah bertentangan. Sehingga dari sini jangan dipahami bahwa makna “fis samaa’ (di langit)” adalah di dalam langit sebagaimana sangkaan sebagian orang. Makna “fis samaa’ ” adalah sebagaimana yang ditunjukkan di atas. Contoh dalil tersebut adalah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di (atas) langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?” (QS. Al Mulk : 16)
{أَأَمِنتُمْ مّن فِي السّمَآءِ أَن يَخْسِفَ بِكُمُ الأرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ}( سورة الملك16)
Ketiga: Dalil yang menanyakan di manakah Allah. Seperti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya pada seorang budak, “Di mana Allah?” Budak itu menjawab, “Di atas langit.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Siapa saya?” Budak tersebut menjawab, “Engkau adalah Rasulullah.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Merdekakanlah dia karena dia adalah seorang mukmin.”[3]
Keempat: Dalil yang menyatakan bahwa Allah menceritakan mengenai Fir’aun yang ingin menggunakan tangga ke arah langit agar dapat melihat Tuhannya Musa. Lalu Fir’aun mengingkari keyakinan Musa mengenai keberadaan Allah di atas langit. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan berkatalah Fir’aun: “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta”.” (QS. Al Mu’min: 36-37).
Dalil-dalil yang muhkam (yang begitu jelas) menunjukkan ketinggian Allah di atas seluruh makhluk-Nya.
Allah Bersama Hamba-Nya dan Dia Begitu Dekat
Meskipun Allah itu di atas langit sana, namun Dia pun selalu dekat dengan hamba. Kedua sifat Allah ini tidaklah bertentangan. Ayat-ayat yang menyebutkan Allah itu dekat adalah firman Allah (yang artinya), “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), “Aku itu dekat”. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186). Begitu pula sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Yang kalian seru adalah Rabb yang lebih dekat pada salah seorang di antara kalian daripada urat leher unta tunggangan kalian.”[8]
Di beberapa ayat dan hadits disebutkan bahwa Allah itu dekat dan dalam berbagai dalil disebutkan bahwa Allah di atas langit, apakah kedua hal ini bertentangan? Sama sekali tidak bertentangan. Di antara alasannya:
Pertama: Di suatu ayat Allah juga pernah menyebut bahwa Dia menetap tinggi di atas ‘Arsy, namun Allah juga bersama hamba-Nya. Contohnya dalam ayat (yang artinya), “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia menempat tinggi di atas ‘Arsy-Nya. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hadid: 4). Ini menunjukkan bahwa kedua sifat tersebut tidaklah bertentangan. Allah itu bersama hamba-Nya dengan ilmu-Nya, namun Dzat-Nya tetap di atas langit sana. Jadi kompromi dalam hal ini adalah suatu hal yang mungkin.
Kedua: Sifat ketinggian Allah di atas seluruh makhluk-Nya dan sifat kebersamaan Allah dengan makhluk-Nya tidak saling bertentangan. Ma’iyyah (kebersamaan) tidaklah melazimkan sesuatu itu akan bercampur atau bersatu dalam satu tempat sebagaimana yang dijelaskan dahulu. Sesuatu mungkin saja berada tinggi, namun juga tetap dikatakan bersama. Sebagaimana kita juga mungkin mengatakan: “Kami terus berjalan dan bulan masih tetap bersama kami.” Padahal bulan berada di atas sana, namun masih dikatakan bersama. Contoh sifat ketinggian dan sifat kebersamaan semacam ini tidaklah bertentangan baik secara lafazh maupun makna. Orang yang diajak bicara pasti mengetahui maksud dari kebersamaan di sini. Tidak mungkin ada yang mengatakan bahwa bulan berada di bumi. Jika memang digabungkan atau dikompromikannya sifat ketinggian dan sifat kebersamaan pada makhluk, maka hal ini lebih mungkin lagi bagi Allah karena Dia-lah Dzat yang Maha Besar, Maha Agung dan tidak serupa dengan makhluk-Nya.[9]
Oleh karena itu, kalimat yang sangat bagus disebutkan oleh Abul ‘Abbas Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni, “Kedekatan dan kebersamaan Allah yang disebutkan dalam Al Kitab dan As Sunnah tidaklah bertentangan denga ketinggian Allah Ta’ala. Tidak ada sesuatu pun yang semisal dengan-Nya dalam setiap sifat-sifat-Nya. Allah Maha Tinggi, namun dekat. Dia Maha Dekat, namun tetap berada di ketinggian.”[10] Dengan cara seperti inilah menunjukkan bahwa ilmu Allah begitu luas, namun Dzat Allah tetap menetap tinggi di atas ‘Arsy-Nya.
Pemahaman Ulama Besar: Allah Itu Dekat dan Bersama Hamba-Nya dengan Ilmu-Nya, Bukan Dzat-Nya
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad bin Hambal dalam kitab As Sunnah-nya, dari ayahnya (Imam Ahmad), dari Nuh bin Maimun, dari Bukair bin Ma’ruf, dari Muqotil bin Hayyan. Ketika Muqotil membicarakan ayat (yang artinya), “Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya” (QS. Al Mujadilah: 7), beliau mengatakan, “Allah tetap berada di atas ‘Arsy-Nya, sedangkan ilmu-Nya yang senantiasa bersama makhluk-Nya.”[11]
Diriwayatkan lebih dari satu orang dari Mi’dan, yang Ibnul Mubarok juga mengatakan hal ini. Ia mengatakan bahwa ia bertanya pada Sufyan Ats Tsauri mengenai firman Allah ‘azza wa jalla (yang artinya), “Dia (Allah) bersama kalian di mana saja kalian berada.” (QS. Al Hadid: 4). Sufyan Ats Tsauri menyatakan bahwa yang dimaksudkan adalah ilmu Allah (yang berada bersama kalian, bukan dzat Allah, -pen).[12]
Telah shahih dari ‘Ali bin Al Hasan bin Syaqiq, dia berkata, “Aku berkata kepada Abdullah bin Al Mubarok, bagaimana kita mengenal Rabb kita ‘azza wa jalla. Ibnul Mubarok menjawab, “Rabb kita berada di atas langit ketujuh dan di atasnya adalah ‘Arsy. Tidak boleh kita mengatakan sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Jahmiyah yang mengatakan bahwa Allah berada di sini yaitu di muka bumi.” Kemudian ada yang menanyakan tentang pendapat Imam Ahmad bin Hambal mengenai hal ini. Ibnul Mubarok menjawab, “Begitulah Imam Ahmad sependapat dengan kami.”[13]
Imam Asy Syafi’i: Allah Itu Di Atas Langit
Dari Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy Syafi’i (yang terkenal dengan Imam Syafi’i), beliau berkata, “Perkataan dalam As Sunnah yang aku dan pengikutku serta pakar hadits meyakininya, juga hal ini diyakini oleh Sufyan, Malik dan selainnya : “Kami mengakui bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah. Kami pun mengakui bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Lalu Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Sesungguhnya Allah berada di atas ‘Arsy-Nya yang berada di atas langit-Nya, namun walaupun begitu Allah pun dekat dengan makhluk-Nya sesuai yang Dia kehendaki. Allah Ta’ala turun ke langit dunia sesuai dengan kehendak-Nya.” Kemudian beliau rahimahullah menyebutkan beberapa keyakinan (i’tiqod) lainnya.[14]
Bahkan keyakinan Allah di atas langit bukan hanya menjadi keyakinan Imam Asy Syafi’i seorang, namun juga keyakinan seluruh ulama Ahlus Sunnah. Ishaq bin Rohuwyah berkata, “Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy”[15]. Para ulama sepakat (berijma’) bahwa Allah berada di atas ‘Arsy dan beristiwa’ (menetap tinggi) di atas-Nya. Namun Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang terjadi di bawah-Nya, sampai di bawah lapis bumi yang ketujuh.[16]
Semoga Allah senantiasa memberi taufik bagi setiap orang yang membaca risalah ini. _____________
[1] Makna istiwa’ adalah ‘ala wa irtafa’a (yang artinya menetap tinggi) sebagaimana dikatakan oleh Abul ‘Aliyah dan Mujahid (lihat Shahih Al Bukhari). Sehingga tidak tepat jika beristiwa’ dimaknakan “bersemayam” sebagaimana ditafsirkan oleh sebagian orang. Penafsiran bersemayam ini keliru karena dikhawatirkan adanya kesamaan Allah dengan makhluk. Makna Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy bukan berarti Allah butuh pada ‘Arsy, namun ini bermakna bahwa Allah berada di atas seluruh makhluk-Nya termasuk pula ‘Arsy-Nya yang merupakan makhluk yang paling tinggi. Semoga Allah beri kepahaman.
[2] Lihat Syarh Al ‘Aqidah Ath Thohawiyah, Ibnu Abil ‘Izz Ad Dimasyqi , Dita’liq oleh Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin At Turki dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth, Mu’assasah Ar Risalah, cetakan kedua, 1421 H.
[3] HR. Muslim no. 1218.
[4] Mukhtashor Al ‘Uluw, Syaikh Al Albani, Adz Dzahabiy, Tahqiq: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, hal. 81, Al Maktab Al Islamiy, cetakan kedua, 1412 H
[5] Syarh Al ‘Aqidah Ath Thohawiyah, 2/441.
[6] Syarh Al ‘Aqidah Ath Thohawiyah, 2/437.
[7] Lihat Majmu’ Al Fatawa, Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni, 5/121, Darul Wafa’, cetakan ketiga, tahun 1426 H. Lihat pula Bayanu Talbisil Jahmiyah, Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni, 1/555, Mathba’atul Hukumah, cetakan pertama, tahun 1392 H.
[8] HR. Muslim no 2704, dari Abu Musa.
[9] Kami sarikan dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah.
[10] Lihat Matan Al Aqidah Al Wasithiyah, Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni.
[11] Lihat Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar, 137. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini hasan. Perkataan ini dikatakan dalam kitab As Sunnah (hal. 71), dikeluarkan oleh Abu Daud dalam Masa-ilnya (hal. 263) dari Imam Ahmad. Juga diriwayatkan dari Al Lalika-i (2/92/1), Al Baihaqi (hal. 430-431). Dari riwayatnya tersebut, juga dikatakan dari Adh Dhohak. Riwayat ini juga adalah riwayat Al Ajuri (hal. 289). Lihat Mukhtashor Al ‘Uluw, hal. 138.
[12] Lihat Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar, 137-138.
[13] Lihat Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar, 149. Riwayat ini dishahihkan oleh Ibnu Taimiyah dalam Al Hamawiyah dan Ibnul Qayyim dalam Al Juyusy. Lihat Mukhtashor Al ‘Uluw, hal. 152.
[14] Lihat Itsbatu Shifatul ‘Uluw, hal. 123-124. Disebutkan pula dalam Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, hal.165
[15] QS. Thaha: 5.
[16] Lihat Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, hal. 179. Lihat Mukhtashor Al ‘Uluw, hal. 194.

Kamis, 15 Desember 2011

Do'a dan penutup pada khotbah jum'at

الحمد لله حمدا كثيرا كما أمر أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ارغاما لمن جحد به وكفر وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله سيد الخلائق والبشر صلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا.

أما بعد فيا أيها الحاضرون اتقوا الله وافعلوا الخيرات واجتنبوا عن السيئات قال الله تعالى: (إن الله وملائكته يصلونه على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما) فاجب الله عباد الله إلى ما دعائكم وصلوا وسلموا على من به الله هداكم اللهم وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين وعلى التابعين التابعين ومن تبعهم باحسان إلى يوم الدين وأن معهم برحمتك يا ارحم الراحمين، اللهم اغفر للمسلمين والمسلمين والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات وقاضي الحاجات، اللهم انصر أمة سيدنا محمد، اللهم اصلح أمة سيدنا محمد، اللهم انصر من نصر الدين، واخذل من خذل المسلمين، اللهم اجعل بلدتنا اندونيسية هذه بلدة طيبة تجري فيها أحكامك وسنة رسلك، يا حي يا قوم، يا إلهنا وإله كل شيء هذا حالنا يا ألله لا يخفى عليك، اللهم ادفع عنّا الغلاء والبلاء والوباء والفخشاء والمنكر والبغي والسيوف والمختلفة والشدائد والمحن ما ظهر منها وما بطن من بلدنا هذا خاصة ومن بلدان المسلمين عامة إنك على كل شيء قدير، ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا، ربنا إنك رؤوف الرحيم.

عباد الله إن الله يأمر بالعدل والإحسان، وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلهم تذكرون، اذكروا الله العظيم يذكركم واسألوه من فضله يؤتيكم ويهديكم ولذكر الله أكبر.

الحمد لله الذي أرسل رسوله رحمة للعالمين

أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله النبي الكريم.

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين.

أما بعد فيا أيها الحاضرون اتقوا الله فقد فار المتقون.

قال الله سبحانه وتعالى في كتابه الكريم : "أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم (ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب، ومن يتق الله يجعل له من أمره يسرا) صدق الله العظيم"

Hadirin……!

Mboten wonten bosen-bosene khotib ngajak bertakwa, monggo kita sareng-sareng bertakwa dumateng gusti Allah, agar gesang punika penuh ridlo saha wilujeng fiddunya hatta yaumil akhiro.

Hadirin……….!

Tuhan Allah, Dlm menciptakan segala sesuatu, wonting ing alam dunyo punika, selalu DG berpasang-pasangan. Hal punika kados dene adanya siang dan malam, atas dan bawah, depan dan belakang, kaya dan miskin, baik dan buruk, Dll SBG.nya.

Sedaya kala wawu sengaja diciptakan oleh Allah, YG berfungsi sebagai fasilitas pelengkap bagi manusia, kangge meraih perdikat manusia sempuran a ingkang dipun sebat dengan istilah “insane kamil”.

Hadirin………..!

Kangge meraih peredikat punika, manusia kedah tetap konsisten, selalu berpijak kepada garis-garis YG telah ditentukan oleh Allah, sebagai orang YG baik, kedah tetap konsisten dalam kebaikannya itu. Lantas apa YG dinamakan kebaikan itu!. DLM hal kebaikan itu tuhan Allah menjelaskan wonten ing Al-Qur’an dengan menggunakan istilah “Al-Birru”.

Hal punika sesuai kelayan dawuh ipun:

ليس البرّ ان تولوا وجوهكم قبل المشرق والمغرب

Ingkang artosipun:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebajikan (Al-Qur’an S. Al-Baqoroh ayat 177).”

Ayat punika turun berkaitan DG sikap penduduk muslim diMadina, ingkang merasa sebagai orang yang baik dan memandang orang lain (non muslim) sebagai orang-orang YG tidak baik (Sesat).

Menurut Allah sikap ingkang kados mekaten punika, tidaklah baik sehingga harus diingatkan.

Disisi YG lain, sahabat Umar R.A. juga prnah menjelaskan “tidaklah dapat mengukur keimanan dan keislaman seseorang itu, karena dia telah melaksanakan solat, tidak juga karna dia mau berpuasa, tidak juga telah membayar zakat hartanya, dan tidak juga karna dia telah menunaikan ibadah Haji, akan tetapi keimanan dan keislaman seseorang itu, disamping mau melakukan itu semuanya mereka harus terlihat pula pada perilaku kehidupannya sehari-hari.”

Dalam dasar syari kesebat, menjadi penegas bahwa sungguh merupakan sikap yang keliru, jika seseorang telah melaksanakan solat, puasa, zakat, bahkan telah berHAji., sudah dikatakan sebgai orang yang baik.

Bukankah banyak kita jumpai periantun ingkan sampun melaksanakan solat, puasa, zakat dan seterusnya, ananging prilaku saben dintene, masih suka berbohong mengucapkan kata-kata YG kotor, manggosip, benci kepada seseorang tanpa alasan, mau mengambil sesuatu yang bukan haknya, bahkan terlibat kasus korupsi DLL.nya.

Dados periantun yang baik punika, tidak namung hanya menjalankan ibadah ritual (Mahdoh) tetapi dia juga harus memiliki kebiasaan perilaku yang baik dalam kehidupannya sehari-hari.

Tegasnya dia baik dihadapan Allah, dan baik pula menurut pandangan masyarakat sebagai sesama manusia,

Karnanya, orang yang sempurna itu adalah orang yang memiliki kesolehan ritual dan sosial. Dalam hal ini ada lima(5) kereteria, ingkang saget dipun ginaaken kangge mengukur kebiakan seseorang kesebat.

Pertama (1), dilihat dari segi keimanannya.

Prinatong ingkang beriman adalah piambaipun sangat sadar bahwa dalam kehidupan punika ada Dzat ingkang selalu mengawasi seluruh gerak-gerik prilaku dirinipun kapan saja dan dimana saja.

Dengan begitu piambake ngraos sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk melakukan kejahatan.

Nomer kale (2), dilihat dari segi keperdulian sosial.

Prianton ingkang biak dalam pandangan Allah mboten cekap namung bermodalkan kelayan keimanan saja. Ananging piambake juga harus memiliki keperdulian sesama manusia, kados dene perduli dengan keluarganya sendiri, ingkang dados tanggung jawab ipun, anak-anak yatim, orang-orang miskin, kaum duafa’ dan orang-orang yang kehilangan haknya.

Prianton ingkang baik tidak akan membiarkan orang-orang kasebat kecuali diperhatikan dan dibantunya, serta disayangi dan dihormatinya.

Prianton ingkan baik, tidak mau menumpuk-numpuk kekayaannya punopo maleh menawi ngantos direncangi merampas haknya orang lain.

Bahkan piambake sadar sesadar-sadarnya, bileh kekayaan ingkang dipun milikinya masih terdapat harta orang lain ingkang harus dikeluarkannya arubi zakat.

Ingkang nomer tigo (3) dipun lihat dari segi ibadah.

Prianton ingkang biak, kedah melakukan ibadah dengan baik dan benar, tidak hanya asal-asalan, sambil lalu dan semau-maunya sendiri.

Apabila ibadah ipun benar-benar didasari dengan ketaatan dan dilaksanakannya sesuai dengan ketentuan syariat serta dijalankannya secara ikhlas maka dengan sendirinya piambakipun telah membangun hubungan yang baik dengan Allah S.W.T. atau (hablum mina Allah).

Ingkang nomer sekawan (4) dipun lihat dari segi penepatan janji.

Prianton ingkang baik tentu lan pasti akan selalu menepati janji nipun.

Menepati janji punika, adalah merupakan satu sikap ingkang sangat penting sekali, mengapa demikian keranten menepati janji punika saget menyelamatkan diri dari kebiasaan orang-orang munafik.

Janji punika adalah merupakan amanat ingkang tidak boleh tidak kedah harus dipenuhi.

Menawi janji punika mboten dipenuhi, akan berimplikasi terhadap kerugiana orang lain.

Prianton ingkan mboten menepati janji, berarti samike mawon kelayan tiang ingkang melakukan kejahatan kepada orang lain.

Sering kali orang mengumbar janji, terutami kangge merayu orang-orang lain, jika menginginkan orang lain kasebat, agar kerso menuriti apa yang dia inginkan.

Namun jika keinginannya sampun terpenuhi, sementara janjinya tidak ditepati, berarti dia telah melakukan penipuan.

Mboten wonten kebaikan ingkang saget diharapkan dari tukang tipu dan tiang ingkang ingkar janji.

Karenanya, menghindarinya dengan bersikap menepati janji , merupakan syarat mutlak ingkang harus dimiliki seseorang ingkang berkinginan menjadi orang yang baik.

Ingkang nomer gansal (5), dilihat dari segi kesabaran.

Prianton ingkng baik kedah memiliki sifat sabar. Sebagai orang yang beriman rajin melaksanakan solat, berpuasa, berzakat dan berhaji, dan menepati janji, namong apabila piambake mboten kagungan sifat sabar, maka piambakipun belum termasuk orang yang baik menurut pandangan Allah SWT.

Hadiri…!

Bersabar adalah sangan penting meurut Allah, hingga ngantos gusti Allah mensejajarkannya dengan solat sebagai media untuk mencari pertolangan.

Hal punika sesuai kelayan pengedikanipun ingkang berbunnyi:

يايها الذين امنوا استعينو بالصبر والصلاة انالله مع الصابرين

(Al-Qur’an S.Al-Baqoroh Ayat 153)

Ingkang artosipun:

“wahai orang-orang yang beriman mintalah pertolongan kepada Tuhanmu, dengan bersabar dan melakukan solat sesungguhnya Tuhan Allah itu bersama orang-orang yang sabar.”

Hadirin…………………..!

Kiranya perlu kita maklumi bersama bahwasannya sabar itu ada tiga (3) macam:

Ingkang nomer setunggal (1):صبر علي المصيبه (sabar dalam menerima musibah atau cobaan)dalam hal ini, sinten tiang ingkang kersa bersabar didalam menerima musbiah tiang kala wawu akan ditingkatkan derajatnyasebanyak tiga ratus (300) derajat.

Ingkang nomer kale(2):صبر علي الطاعة (sabar didalam menjalankan ketaatan).

Dalam hal punika sinten tiang ingkang kersa bersabar dalam menjalankan ketaatan terhadap aturan-atusan yang telah ditetapkan oleh Allah, piambake bade ditingkatkan derajatipun sebanyak enam ratus (600) derajat.

Ingkang nomer tigo(3):صبر علي المصية (sabar untuk tidak melakukan kemaksiatan).

Untuk hal punika sinten tiang ingkang kersa bersabar untuk tidak berbuat maksiat, piambake akan ditingkatkan derajatipun Sembilan ratus (900) derajat.

Hadirin………..!

Hal punika saget dipun mangartosi, bahwasannya: dengan bersabar seseorang bade saget terhindar dari perbuatan semena-mena, penuh nafsu dan jahat.

Prianton ingkang dihina misalipun, menawi piambake mboten bersabar maka ingkang terjadi paling tidak saling hina-menghina, bahkan boleh jadi diteruskannya dengan perkelahian dan permusuhan.

Dalam sekala yang lebih besar perkelahian dan permusuhan kesebat bisa berkembang dalam bentuk perang antar kampung, antar desa, anatar suku DST.nya, DSB.nya. padahal kejadian punika sama sekali tidak ada kebaikan jika semua itu ngantos sampai terjadi.

Hadirin…….!

Dalam kontek permasalahan punika, wonten sebuah kisah ingkang dipun alami sendiri oleh baginda rasul rikolo wedal tekseh sugengipun.

Kisah punika datengipun sakeng Abdullah Bin Mas’ud R.A.

Ketika itu baginda rasul sedang melkukan solat dimuka ka’bah.

Sedangkan Abu Jahal dengan kawan-kawannya, ketepatan duduk-duduk disekitar ka’bah itu, dimana dihari kemarinnya mereka telah menyembelih beberapa kambing untuk dimakannya bersama-sama berkatalah Abu Jahal kepada teman-temannya: “Hai teman-teman, siapa ya yang mau membawah kotoran-kotoran kambing yang telah kita sembelih kemarin, untuk diletakkan dipunggung Muhammad jika dia sedang bersujud.”

Kemudian bangkitlah seseorang mengambil kotoran yang selanjutnya kotoran kambing itu ditumpahkan diatas antara kedua bahu baginda Rasul ketika beliau sedang bersujud.

Melihat kejadian itu maka Abu Jahal dengan teman-temannya tertawalah dengan terbahak-bahak secara kebersamaan penuh kegembiraan . Abdullah Bin Mas’ud berkata “Andai kata pada waktu itu aku berani dan mempunyai kekuatan niscaya akan aku singkirkan kotoran itu dari punggung Nabi, sedangkan pada waktu itu Nabi tetap bersujud tidak mengangkat kepalanya.”

Sehingga ada orang yang memberitahu kepada Fatima R.A., maka datanglah Fatimah putri Nabi yang masih remaja itu, lalu membuang apa yang ada dipunggung Nabi sambil memaki-maki orang kafir yang telah mengerjai ayahnya.

Kemudian, sak sampunipun panjenengane Gusti Rasul sampun selesai dari solatnya panjenengane mboten melampiaskan kemarahannya kepada Abu Jahal dan teman-temannya akan tetapi Panjenengane Berdo’a dengan suara yang keras sekali sebanyak tiga(3) kali.

اللهم عليك ياابو جهل وعقبه وعتبة وشيبة والوليد بن المغيرة وأمية بن حاف

Ingkang artosipun:

“Ya Allah, binasakanlah Abu Jahal, uqbah, Udbah, Syaibah, Walid Bin Mughira dan Umaya Bin Khalf.”

Mendengar do’a Nabi itu seketika itu juga mereka Abu Jahal CS. Diam dan tidak tertawa-tawa lagi karena ketakutan.

Selajengipun Abdullah Bin Mas’ud melanjutkan ceritanipun dengan perkataan SBB:

“Demi Allah, sungguh mereka-mereka itu binasah semua mati didalam perang badar,.”

Hadirin…….!

Kisah punika kami ambil dari kitab Tambihul Kgofilin, dan seandainya pada waktu itu Rasulullah tidak sabar, dan melampiasknan kemarahannya kepada mereka-mereka yang mengganggunnya, tentunya akan terjadi perkelahian tentang siapa yang menang entahlah…!, yang jelas Gusti Rasul akan dikeroyok orang banyak.

Dados amat tepatlah dawohipun Allah S.W.T. ingkang berbunyi: استعينوا بالصبر والصلاة

“Mohon pertolonganlah kalian semua dengan sabar dan solat.”, sebab ada sebagian Ulama’ yang berpendapat bahwa solat itu adalah do’a .

Hadirin…!

Demikian Khotbah ingkang saget kulo ketengahkan dengan harapan mugio wonten gina lan manfaatipun, amin…..

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته أنه هو السميع العليم وقل رب اغفر وارحم وأنت ارحم الراحمين

16-12-2011

H.Hasan Shohe

Rabu, 14 Desember 2011

خطبة الحج

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهم يا الله كما بلغتني زيا رة مكة والمد ينة وقبر نبيك الكريم سيد نا محمد صلهم ان تبلغ يا الله

لا خي ....وزجته زيا رة المسجد لاداء منا سك الحج والعمرة والمسجد المدينة المنورة

والقبر نبيك الكريم سيد نا محمد صلعم بلا تعب ولامشقة وبالصحة مع السل امة ذهابا واياباببركة وبجاه سيد نا محمد صلعم وبرحمتك

يا ارحم الراحمين.

بسم الله الرحهن الر حيم .

حكي ان ابراهيم الواسطي رحمه الله كان واقفا بعرفا ت وفي يد يه سبعة احجار فقال لها ايتها الاحجار اشهدي اني اقول لااله الا الله وان محمدا عبده ورسوله فنام تلك الليلة فراى في منامه ان القيامة قد قامت وانه حسب وامر يه الي النار فذهبوا به الي باب من النارفاذاحجرمن تلك الاحجار القي نفسه علي باب النار فاجتمعت ملاءكة العذاب علي رفعه فلم يقدروا.ثم سا قوه الي باب اخر فاذا عليه حجر اخر من السبعة فلم يقدروا علي رفعه حتي سقوه الي سبعة ابوابها.وكان علي كل باب حجر من تلك الاحجار وهم يقولون كلهم"نشهدانه شهد ان لا اله الا الله وان محمدا رسول الله ثم سقوه الي العرش فقال الرب تبارك وتعالي اشهدت الحجارة فلم يضيع حقك فكيف ا ضيع انا حقك وانا شاهد علي شهاد تك ثم قال الله تعالي اد خلو ه الجنة فلما د نا من الجنة وجد ابوابها مغلقة فجاءت شهادة ان لااله الا الله وفتحت الابواب كلها فدخل الرجل.ذرة الناصحين صحفة